Hari ini tepat pergantian tanggal 17 Agustus 2014, pukul
00.20, aku benar-benar percaya akan statment “Where there is a will, there is a way”, kalimat tersebut memang
sudah lama bersemayam dikamar kecilku, tapi apakah aku percaya? Tentu aku
percaya tapi hanya percaya dilidah tanpa melalui hati dan kemudian
mempraktikkannya. Mungkin untuk kalian yang baru pertama kali mendengarnyapun
akan percaya namun hanya percaya percaya saja. Apa yang membuatku hari ini
benar-benar yakin akan kalimat tersebut? Sebenarnya bukan oleh suatu hal yang
luar biasa ataupun cerita yang sangat panjang, tapi justru hal yang sangat simple yang membuat hatiku yakin akan
kebenaran statment tak asing tersebut.
Aku adalah orang yang sangat santai walaupun aku sedang
menghadapi masalah yang berat sekalipun ataupun mengalami kegagalan yang
mengecewakan, aku selalu menyerahkan apa yang terjadi kepada sang pencipta, aku
berfikir semua sudah jalanNya. Pikiranku itu tidak sepenuhnya salah, tapi tidak
pula semuanya benar. Hal yang perlu dipelajari pada cara hidupku tersebut
adalah kita benar harus menyerahkan diri kepada Yang Maha Segalanya akan tetapi
bukan berarti kita sepenuhnya menyerahkan tanpa ada usaha sedikitpun. Ini
adalah hal sepele, bahkan sangat sepele namun seketika dapat mengubah cara
pandangku.
Siang tadi sahabatku bernama Debby meminta tolong
denganku untuk menghadiri acara 17-an sebagai perwakilan anak Fakultas
Kedokteran, tentunya aku langsung menyanggupi karena selain ia sahabatku aku
juga tidak terlalu sibuk pada waktu itu dan itu bukan hal sulit bagiku untuk
menghadiri acara 17-an yang mungkin tak akan berlangsung lama, terlebih lagi
sahabatku akan menghadapi 3 ujian penting dimana ia tak akan banyak waktu untuk
meminta tolong kesana kemari kepada orang lain untuk menghadiri acara tersebut.
Ia berhasil mengumpulkan 4 orang termasuk dirinya
sendiri, iapun mulai memikirkan kostum yang akan digunakan hingga akhirnya
diputuskan untuk dua orang menggunakan kebaya encim dan dua orang lainnya
menggunakan baju tari, yaitu aku dan rani. Setelah aku pikir-pikir kembali dan
aku bayangkan rasanya akan aneh jikalau kita menggunakan kostum dengan tema
yang berbeda, memang sama-sama dari betawi tapi tema bajunya beda, aku hanya
membayangkanya seperti manten yang di iring (karena baju tarinya ada tutup muka
seperti manten wanita orang betawi).
Waktu menunjukkan pukul 21.30 tanggal 16 Agustus 2014,
rasanya sulit jika aku memutuskan untuk mencari kebaya encim disaat itu juga,
selain mungkin teman-teman sudah istirahat di peraduannya juga aku berfikir
akan sulit karena kemungkinan anak kost tidak akan membawa kebaya encim karena
di kampus kami tidak ada acara nikahan atau acara kartinian setiap minggunya.
Aku berusaha menghubungi beberapa temanku dan hasilnya tetap nihil, sampai aku
sempat menyerah saat itu. Aku memutar otakku supaya dapat memodifikasi baju
tari tampak seperti baju encim, hasilnya lumayan meskipun tidak terlalu
berpengaruh. Akhirnya aku kembali berusaha menghubungi beberapa teman dan
sahabat, sekitar pukul 23 aku mendapatkan 1 kebaya dari dwi christina aku
senang sekali karena kebayanya tampak cantik, namun aku tak akan memakainya
jikalau aku hanya mendapatkan 1 kebaya, karena aku tidak akan membiarkan Rani
menggunakan baru tari tersebut sendirian, itu hanya akan tampak semakin nyata
seperti iring-iringan manten.
Setelah beberapa lama mencari dan mencari sahabatku Anes
sekitar pukul 12 malam menghubungiku dan mengabari kalau temannya memiliki
kebaya encim juga, seribu terima kasih buat Anes. Aku sangat senang, saat aku
berbaring dan tak sengaja menatap statment “Where
there is a will, there is a way” Oh my God i believe in You, i believe in
this statment. Satu hal yang aku sadari adalah selama ini aku belum berusaha
secara maksimal, so i have to change my
bad habbit!
Keesokan harinya tepat pukul 6 pagi aku pergi ke tempat
Dwi dan Icha, pemilik kebaya encim ditemani oleh Anes, pukul 7 kurang aku
kembali menuju kostan Dita, sesampainya disana aku langsung di make-up oleh
Dita. Setelah kami semua di make-up, kamipun menuju avenue dan berlatih yel-yel
bersama dengan peserta pria. Dengan waktu yang demikian singkat kami
menghafalkan yel-yel dan mengatur segala sesuatunya. Setelah kami siap untuk
mempersembahkan yel-yel yang kami anggap sebagai formalitas kami menuju
lapangan tempat digelarnya acara. Sebelum dimulai pembawa acara berkata “Sebelum
lomba dimulai para peserta diharap berkumpul.” Kata kedua sontak membuat kami
terkaget “Ini lomba???” kami saling melempar pertanyaan satu sama lain. Hingga
akhirnya tibalah saatnya kami menampilkan apa yang sudah kami siapkan dalam
waktu super singkat tersebut. Untung hal yang aku khawatirkan tidak terjadi,
yaitu salah kostum dan memang kalau saja aku menggunakan baju tari tersebut
kami akan salah kostum.
Setelah kami selesai menampilkan penampilan singkat kami,
aku beserta peserta wanita lainnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu
karena rasa lapar yang tak tertahankan. Disaat makan kami mendapatkan kabar
bahwa kami mendapat juara 3, sungguh unpredictable momment.
No comments:
Post a Comment